Riyádhah dalam pandangan ulama-ulama tarekat ialah mendidik murid untuk dapat menguasai dirinya melalui latihan-latihan spiritual. Dengan Riyádhah murid sanggup menentang hawa nafsunya, sedia mengubah kebiasaan-kebiasaan yang berdasarkan syahwatnya. Riyádhah adalah latihan menggantikan perbuatan jelek dengan perbuatan yang terpuji, mengendalikan nafsu, berkhalwat untuk beribadah dan bertafakur. Dengan demikian, riyádhah dalam tasawuf adalah latihan kerohanian untuk menundukan keinginan nafsu syahwat dengan menjalankan ibadah.
Di sisi lain riyádhah bagi para pengamal tarekat merupakan metode yang paling efektif untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa, sehingga menghasilkan akhlakul karimah.
Menurut kalangan sufi riyádhah dalam arti tersebut pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. ketika berkhalwat di Gua Hira dengan melatih diri, mengasah jiwa, berdzikir, merenung, memperhatikan kejadian alam dan memperhatikan keadaan masyarakat yang penuh kejahilan dan kerusakan dalam berbagai aspek kehidupan. Setelah menjadi rasul, ia tetap menjalankan riyádhah, melawan hawa nafsu (mujáhadah) dan tekun beribadah seperti solat malam sehingga kakinya bengkak.
Pondok Pesantren Al-jilani dengan tasawuf dan tarekatnya lebih terfokus kepada mendidik ruhani dalam membentuk karakter ikhwan, dengan amaliah riyádhah nya sebagai bentuk tashfiyatul qulub dan tazkiyatun nufús (pembersihan hati penyucian jiwa).
Firman Allah dalam surat Asy-Syams ayata 7 – 10 yang artinya:
“dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya“
Disamping mengamalkan dzikir, khataman dan manakiban yang merupakan riyádhah pokok, perlu ditingkatkan kepada riyádhah khusus sebagaimana tercantum dalam buku IBADAH, terutama qiyámullail.
Qiyámullail adalah bangun di malam hari sekitar dua pertiga malam atau kira-kira jam 02.00 malam untuk melaksanakan shalat-shalat sunat. Qiyámullail merupakan riyádhah dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah. Rasulullah Saw. bersabda yang artinya,
“Dan senantiasa hamba-hambaku menghampiri diriku dengan amalan-amalan sunat sehingga aku mencintainya.” (H.R. Bukhari )
Qiyámullail adalah salah satu metode tazkiyatun nafsi yang biasa dipraktekkan oleh para pengamal Tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah. Amalan qiyámullail termasuk amalan yang sangat lazim dilakukan oleh para pengamal tarekat; amalan sunat ini sangat diistimewakan, bahkan di masa Rasulullah qiyámullail kelihatan seperti berstatus hukum wajib mengingat status hukum yang afdhol setelah shalat fardhu.
Qiyámullail ini sangat bermanfaat bagi tubuh, karena aktifitas qiyámullail memiliki aspek olah raga yang baik sekali untuk memperlancar peredaran darah dan kebugaran tubuh, khususnya pada gerakan shalat dan mandi taubat. Hal ini boleh jadi karena kegiatan qiyámullail dilaksanakan pada waktu yang tepat, yaitu waktu keadaan suhu dan kepekatan udara sedang dalam kondisi yang paling jernih (titik jenuh) sehingga kecepatan suara (menurut perhitungan metafisika) paling cepat, maka munajat pada saat-saat itu juga paling baik dan paling mudah terkabulkan (mustajab).
Menurut perhitungan Circadian Rhythm, sekitar pukul 02.00 – 04.00 manusia berada pada titik yang paling lemah dan paling peka terhadap serangan penyakit dan kematian. Dengan beraktifitas yang teratur pada rentan waktu tersebut akan melatih fisik memiliki daya tahan yang lebih baik.
Sumber : https://ldtqn.or.id/